Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu solusi energi terbarukan yang semakin populer di Indonesia. Selain ramah lingkungan, PLTS juga dapat menghemat tagihan listrik dalam jangka panjang. Namun, sebelum memutuskan untuk memasang sistem ini, penting untuk memahami secara menyeluruh berapa biaya pemasangan PLTS, faktor-faktor yang mempengaruhinya, hingga estimasi balik modal (payback period).
1. Komponen Utama PLTS
Sistem PLTS terdiri dari beberapa komponen utama yang mempengaruhi harga:
Panel Surya (Solar Panel): Komponen utama yang mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Inverter: Mengubah arus searah (DC) dari panel menjadi arus bolak-balik (AC) untuk digunakan di rumah.
Baterai (Opsional): Menyimpan listrik untuk digunakan saat malam hari atau saat cuaca mendung.
Mounting System: Struktur penyangga panel di atap atau tanah.
Biaya Instalasi dan Perizinan: Termasuk biaya teknisi, transportasi, dan perizinan dari PLN (jika ingin terkoneksi grid).
Monitoring System: Sistem untuk memantau kinerja PLTS secara real-time.
Baca Juga : Solusi Panel Surya untuk Pabrik
2. Jenis Sistem PLTS
Ada tiga jenis sistem PLTS yang umum digunakan:
On-Grid (Grid-Tied): Terhubung ke jaringan listrik PLN. Cocok untuk rumah dan gedung di area yang sudah memiliki listrik.
Off-Grid: Tidak terhubung ke PLN, biasanya digunakan di daerah terpencil.
Hybrid: Gabungan dari on-grid dan off-grid, menggunakan baterai untuk cadangan.
Jenis sistem ini akan memengaruhi biaya instalasi secara signifikan.
3. Estimasi Biaya Pemasangan PLTS
a. Skala Rumah Tangga
Untuk rumah tangga dengan kebutuhan listrik sedang (1.300 VA hingga 2.200 VA), sistem PLTS on-grid berkekuatan 1–3 kilowatt peak (kWp) sudah cukup.
Kapasitas PLTS | Estimasi Biaya (Rp) | Estimasi Produksi Listrik/hari | Cocok untuk |
---|---|---|---|
1 kWp | 15–20 juta | ±4 kWh | Rumah kecil |
2 kWp | 30–35 juta | ±8 kWh | Rumah sedang |
3 kWp | 45–50 juta | ±12 kWh | Rumah besar |
5 kWp | 70–80 juta | ±20 kWh | Gedung kecil |
Catatan: Harga dapat bervariasi tergantung kualitas panel, inverter, lokasi, dan penyedia jasa.
b. Skala Komersial dan Industri
Untuk kantor atau pabrik, kapasitas PLTS yang dibutuhkan jauh lebih besar, mulai dari 10 kWp hingga ratusan kWp. Estimasi biaya per 1 kWp bisa lebih rendah karena efisiensi skala besar.
Misalnya:
PLTS 10 kWp: Rp130–150 juta
PLTS 50 kWp: Rp500–700 juta
PLTS 100 kWp: Rp900 juta–1,3 miliar
PLTS skala besar biasanya menggunakan sistem on-grid atau hybrid, disesuaikan dengan kebutuhan operasional.
4. Biaya Tambahan dan Operasional
Selain biaya pemasangan awal, ada beberapa biaya tambahan yang perlu dipertimbangkan:
a. Baterai (jika menggunakan sistem hybrid atau off-grid)
Baterai lithium-ion berkapasitas 5 kWh dapat memakan biaya Rp30–50 juta. Daya tahannya sekitar 5–10 tahun.
b. Perawatan dan Pemeliharaan
PLTS tergolong sistem dengan kebutuhan perawatan rendah. Namun, pemeriksaan rutin (cleaning panel, pengecekan inverter, dsb.) tetap diperlukan. Biaya perawatan tahunan berkisar Rp1–2 juta per tahun untuk rumah tangga.
c. Perizinan dan Net Metering PLN
Untuk sistem on-grid, Anda perlu mendaftarkan PLTS ke PLN agar dapat menggunakan skema net metering. Biaya ini relatif kecil (administrasi), namun prosesnya bisa memakan waktu dan memerlukan dokumen teknis.
5. Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pemasangan
Berikut faktor utama yang memengaruhi biaya:
Kualitas Panel dan Inverter: Produk dengan efisiensi dan daya tahan tinggi biasanya lebih mahal.
Lokasi Pemasangan: Daerah terpencil atau akses sulit akan menambah biaya transportasi dan logistik.
Kondisi Atap: Jika atap perlu diperkuat atau dimodifikasi, akan menambah biaya konstruksi.
Kapasitas Sistem: Semakin besar kapasitas, semakin rendah biaya per kWp (efisiensi skala).
Penyedia Jasa Instalasi: Setiap vendor menawarkan paket berbeda-beda, baik dari sisi harga maupun garansi.
6. Simulasi Balik Modal (Return on Investment / ROI)
PLTS dapat menghemat biaya listrik rumah tangga sebesar 30–80%, tergantung pola konsumsi dan kapasitas PLTS.
Contoh Simulasi (1 kWp):
Biaya pemasangan: Rp18 juta
Produksi listrik: 4 kWh/hari × 30 = 120 kWh/bulan
Hemat listrik: 120 kWh × Rp1.500 = Rp180.000/bulan
Payback period: Rp18.000.000 / Rp180.000 = ±100 bulan (8–9 tahun)
Catatan: Jika tarif listrik naik, maka waktu balik modal bisa lebih singkat.
7. Dukungan Pemerintah dan Insentif
Pemerintah Indonesia mendorong penggunaan energi terbarukan melalui beberapa kebijakan:
Net Metering PLN: Kelebihan listrik dari PLTS on-grid bisa disalurkan ke jaringan dan dikompensasi pada tagihan.
Kredit Hijau: Beberapa bank (seperti BNI, BRI, dan Bank Mandiri) menawarkan pembiayaan khusus untuk PLTS.
Subsidi / Program Hibah: Kadang pemerintah daerah atau lembaga donor memberikan bantuan pemasangan PLTS, terutama untuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
8. Rekomendasi Sebelum Memasang PLTS
Sebelum memasang PLTS, pertimbangkan hal berikut:
Audit Energi: Hitung konsumsi listrik rata-rata Anda agar bisa menentukan kapasitas yang tepat.
Konsultasi dengan Profesional: Gunakan jasa penyedia terpercaya dengan portofolio jelas.
Cek Arah dan Kemiringan Atap: Idealnya, panel menghadap ke utara (untuk Indonesia) dengan sudut kemiringan sesuai lintang wilayah.
Perbandingan Penawaran: Minta beberapa penawaran dari vendor berbeda agar mendapatkan harga terbaik.
9. Kesimpulan
Biaya pemasangan PLTS bervariasi tergantung pada kapasitas, kualitas komponen, dan sistem yang digunakan. Untuk rumah tangga, estimasi biaya berkisar Rp15 juta hingga Rp80 juta, tergantung kapasitasnya. Sedangkan untuk sektor komersial atau industri, bisa mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Meskipun investasi awal tergolong besar, PLTS menawarkan penghematan jangka panjang, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan kemandirian energi. Dengan perencanaan yang matang dan pemilihan penyedia terpercaya, PLTS bisa menjadi investasi yang sangat menguntungkan baik secara finansial maupun lingkungan.